Contoh Perubahan Proses Bisnis dan Sosial Akibat Teknologi
Hei yoo, Sobat Flugel sekalian..!!! Ketemu sama kita Author
Alchemist hehehe
Di postingan pertama ini, kita bakal bahas kasus yang menarik, yaitu side effect dari perkembangan teknologi. (Hmmmm.... Biasa aja sih -_-)
Perkembangan teknologi meningkat drastic ketika internet diterapkan ke masyarakat. Nah, kali ini kita mau khususin pembahasan kepada
perubahan proses bisnis dan sosialnya aja ya gaes.. Atau lebih tepatnya perubahan proses bisnis ataupun sosial sebagai akibat dari teknologi yang melunturkan nilai etika tradisional.
Thor... Kenapa
harus dibahas? Kan sekarang udah enak, semua udah jadi gampang ga ribet.
Hmmm kenapa ya?? Dari pada bingung
penasaran, langsung aja cek sendiri kenapa. Kuy kuy.
Yang Pertama - Media Sosial

Kalian pastinya punya nih yang satu ini. Ya. Media sosial merupakan sebuah sarana yang memudahkan kita untuk berhubungan dengan orang lain, meskipun jauh bukan jadi masalah. Banyak penyedia layanan social media yang bertebaran, kita cuma tinggal pilih yang sesuai dengan kita aja.
Platform
Sosmed ini very very very flexible gaes. Mengapa? Itu karena layanan ini bisa diakses hampir di seluruh perangkat gawai. Misal saja Facebook, sebagai salah satu media sosial terpopuler kita bisa mengaksesnya lewat smartphone maupun laptop/pc kalian. Asalkan perangkat kalian punya koneksi internet.
Model Kerja
Bukan cuma sekedar kirim pesan/chatting, sosial media juga bisa berbagi media, baik itu musik, foto, video, dll. Kita ambil contoh Instagram, disini kita berekspresi serta berinteraksi menggunakan media visual, yaitu foto & video. Bahkan kini mereka memilik banyak fitur-fitur yang keren. Contoh lain Line, selain untuk chatting kita bisa juga mencari banyak hiburan dan berita.
Tiap layanan memiliki keunikan masing-masing, tapi yang jelas mereka punya satu inti, yaitu komunikasi interaktif.
Hilangnya Nilai Etika Tradisional
Hilangg??!! Yup. Hilang. Bukan cuma manfaat, tapi juga ada kerugian yang kita dapat apabila kita tidak memanfaatkan teknologi dengan bijak. Nilai tradisional ini merupakan sebuah nilai yang ada sejak kita kecil. Sebagai contoh
- Semakin sering kita menggunakan sosial media, maka semakin menurun pula intensitas kita berinteraksi secara langsung dengan sesama. Padahal, budaya kita mengajarkan untuk saling bersilahturahmi antar sesama. Hal ini bisa menyebabkan kita kurang peka terhadap lingkungan sekitar
- Hilangnya batas/takaran informasi yang seharusnya bisa diserap. Hal ini sangat berbahaya apalagi pada anak-anak dan remaja. Mengapa? Itu dikarenakan mereka masih belum bisa memilah dengan benar informasi yang meraka serap. Salah sedikit saja, bisa menyebabkan mereka mengalir ke arah jurang.
Contoh Kedua - E-Commerce
E-Commerce atau Perdagangan Elektronik (melalui sistem elektronik gaes), merupakan penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi. Belakangan tema e-commerce ini sering muncul sebagai bahan pemberitaan. Apalagi pemerintah sendiri sangat mendukung e-commerce.
Platform
Seperti media sosial, e-commerce bisa kita akses dengan mudah dimana saja. Tidak!! Bukan hanya itu, bahkan media sosial sendiri terkadang menjadi lahan e-commerce. Kita dapat mengakses melalui browser ataupun aplikasi yang ada di smartphone.
Model Kerja
Para produsen besar ataupun pedagang mikro, memanfaatkan jaringan internet untuk berseluncur mempromosikan produk mereka. Ada berbagai situs web yang menyediakan laman internet sebagai lapak-lapak online. Disana tertera pula informasi mengenai produk yang ditawarkan, beserta harganya. Kita hanya perlu memesan dan membayarnya melalui credit card atau transfer rekening ke penjual. Produk yang dipesan akan dikirim menuju alamat kita.
Hilangnya Nilai Etika Tradisonal
Sebaik apapun sebuah metode, pasti ada kekurangannya. E-Commerce pun tidak luput dari kekurangan, sebagai contoh
- Hilangnya proses tawar-menawar. Harga pada produk e-commerce sudah pasti dan tidak dapat dirubah. Kita hanya memesan dan membayar, tanpa ada proses lainnya.
- Tidak dapat mengetahui bahan produk secara nyata. Meskipun penjual telah menulisnya dalam deskripsi barang, tapi tetap saja kita tidak bisa mengetahui secara nyata seberapa bagus bahan produk tersebut.
- Rawan penipuan. Hhmmm.. Ini yang paling bahaya, apalagi jika transaksi dilakukan tanpa pihak ketiga. Seperti kita membeli barang hanya melalui media sosial dan secara personal.
Dengan adanya e-commerce, pengunjung pasar ataupun toko jadi menurun. Berkurangnya tatap muka dan interaksi, bahkan proses jual beli tradisional semakin menghilang. Konsumen jadi semakin malas untuk membeli barang secara langsung. Hal ini menyebabkan turunnya sifat sosial silahturahmi seseorang.
The Last but Not Least - Games
Games!!!! Ini dia nih semua orang pasti suka, entah anak-anak ataupun orang tua. Permainan merupakan sarana terbaik untuk menghilangkan stres dan suntuk. Dengan permainan juga dapat meningkatkan potensi kinerja otak.
Pernah dengar kata Ice Breaking Games? Istilah ini sering dipakai dalam training dengan maksud menghilangkan kebekuan-kebekuan di antara peserta latihan, sehingga mereka saling mengenal, mengerti dan bisa saling berinteraksi dengan baik antara satu dengan yang lainnya.
Namun kini, apabila kita menyebut kata "games" yang terlintas adalah permainan konsol atau video games yang menggunakan perangkat elektronik. Sangat disayangkan memang, Sobat Flugel.
Platform
Permainan saat ini berkembang lebih pesat dibanding 10 tahun yang lalu. Mereka ada dimana-mana, smartphone, komputer, perangkat khusus games, bahkan di televisi pun ada. Saat ini permainan yang sangat diminati adalah bertipe online, dimana pemain akan bertemu dalam dunia game melalui jaringan internet untuk bermain bersama. Yaa!!! Lagi-lagi internet memiliki andil yang besar.
Model Kerja
Para pemain menggunakan perangkat untuk bermain, baik itu smartphone ataupun komputer. Ada permainan yang hanya melalui browser dengan menggunakan internet sebagai sarana utamanya. Ada pula yang harus di install terlebih dahulu untuk memainkannya, baik dari CD ataupun download. Permainan yang di install biasanya memiliki kualitas yang lebih baik. Genre nya pun sangat banyak, contohnya olahraga, action, adventure, RPG, Moba, dll. Kualitas permainan di PC atau perangkat khusus, lebih baik dari pada versi mobile atau smartphone.
Hilangnya Nilai Etika Tradisional
Ini merupakan yang paling besar side effect nya di masyarakat. Dimana, mereka akan kecanduan akan video games dan hampir tak bisa lepas darinya. Parahnya, nilai dari arti permainan sendiri sudah melenceng cukup jauh, sehingga manfaat dari permainan semakin berkurang.
- Semakin malas untuk bergerak. Video games dimainkan menggunakan perangkat dan cenderung berdiam diri. Mereka yang memainkannya jadi malas untuk beraktivitas dan lebih memilih berdiam diri
- Hilangnya sifat sosial seseorang. Dengan bermain video games, seseorang menjadi tidak peduli terhadap lingkungan sekitar. Bahkan interaksi yang timbul menjadi sedikit, menyebabkan dirinya kurang mengenal lingkugan.
- Punahnya permainan tradisional. Ini nih gaes yang ditakutin. Anak-anak generasi Z, hampir tidak pernah memainkan permainan tradisional. Padahal ini merupakan budaya Indonesia, negeri kita. Banyak nilai yang disampaikan dalam permainan tradisional yang dapat dijadikan pengajaran. Tapi kini, semua mulai ditinggalkan
- Emosi yang tidak stabil. Kecanduan bermain video games memilik kecenderungan tidak stabilnya emosi, seperti mudah emosi, egois, dan mudah bersedih. Bahkan banyak kasus yang melewati norma karena video games, seperti melawan orang tua, mencuri, bahkan membunuh.
Kesimpulan
Perkembangan dari teknologi memang sangat bagus dalam memudahkan pekerjaan manusia. Namun, perlu diingat bijaklah dalam memanfaatkannya, perlu dibuat parameter diantaranya. Sehingga dasar nilai yang ada pada diri kita juga tidak hilang, dan tetap menjadi milik kita. Kita ini makhluk sosial, butuh orang lain untuk bertahan hidup. Makanya kehidupan sosial di lingkungan sekitar kita jangan diabaikan gitu aja.
Gini aja, kalau kita makan soto dikasih sambel dikit enak, tapi kalau kita kasihnya kebanyakan, rasanya cuma bakal pedes doang, rasa lainnya kalah. Jadi, sebisa mungkin balance antara ilmu satu dan yang lainnya.
Oke gaes gitu aja postingan kali ini, makasih yang udah baca, kalau ada kritik dan saran bisa langsung komen dibawah. Sekian dari kami, Salam Sobat Flugel.
Sumber referensi
http://justsharing-lkm.blogspot.com/2018/05/contoh-perubahan-proses-bisnis-sosial.html?m=1. Diposting oleh Rantina M.
Comments
Post a Comment